Pengalaman Gap Year

by - April 15, 2022

Assalamu'alaikum,...

Di postingan kali ini, saya mau sedikit cerita tentang pengalaman saya memutuskan gap year setelah lulus SMA. Untuk kamu yang belum tahu apa itu gap year, gap year yaitu bisa dikatakan tahun jeda. Di mana ketika lulus sekolah tidak langsung melanjutkan kuliah, akan tetapi kita mengambil jeda selama setahun, 2 tahun, dst.

Gap year sendiri di Indonesia masih di pandang sebelah mata. Padahal jika kita lihat di negara lain, Gap year sudah menjadi hal umum.

Seperti biasa, saya akan bercerita dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah saya buat dibawah ini:

Kenapa memutuskan gap year?

Alasannya yaitu karena waktu itu saya ingin mengejar PTN. Di karenakan sekolah saya tidak mendaftarkan siswanya lewat jalur SNMPTN, jadi saya ikut SBMPTN. Di 2019 saya ikut SBMPTN pertama, karena tinggal di kampung dan terkendala soal ekonomi, saya hanya belajar mandiri tanpa ikut bimbel. Kalo inget waktu itu, saya benar-benar ambis buat belajar SBMPTN. Saya rela ke Bandung sendiri bareng temen untuk tes SBMPTN di salah satu Universitas. Padahal waktu itu saya belum pernah kemana-mana sendiri apalagi naik bis berjam-jam.

Singkat cerita, tibalah pengumuman SBMPTN. Dan ternyata saya dinyatakan tidak lulus (sedih banget waktu itu). Waktu itu saya gak langsung daftar universitas swasta karena pikiran saya waktu itu masih semangat-semangatnya untuk bisa kuliah di PTN. Lalu saya memutuskan gap year setahun karena ingin fokus belajar SBMPTN.

Namun pada kenyataannya bukannya fokus, tapi malah kayak di kejar-kejar. Soalnya ortu saya orang kampung, pendidikan juga sebatas sekolah dasar yang memang kurang mengerti akan perubahan zaman. Saya dituntut untuk kerjalah waktu itu untuk membantu perekonomian keluarga (itung-itung cari pengalaman juga). Btw, saya kerja jadi buruh pabrik kurang lebih selama 3 bulan. Selama 3 bulan itu saya berangkat pagi pulang malam terus, berasa hidup dihabiskan di pabrik sama jalanan. Saya salut sama para pekerja pabrik yang masih bertahan dan kuat dengan semua tekanan yang ada.

Di tahun 2020, saya mencoba kembali belajar untuk SBMPTN lagi. Di situ saya merasa mulai pasrah dan gak begitu ambis untuk belajar. Saya tahu, saya bersaing dengan ratusan ribu siswa lainnya.

Ketika tiba ujian SBMPTN yg ke-2 kalinya, saya memilih tempat ujian di salah satu universitas di Sumedang. Saat itu saya berangkat sendirian dengan naik bis (pulang-pulang Maghrib dan merasa pasrah banget). Tibalah pengumuman SBMPTN kedua kali yang saya ikuti. Tetap, saya dinyatakan tidak lulus (dahlah, nikah aja!! Canda;v)

Bagaimana tanggapan orang tua?

Ortu saya gak begitu nuntut saya untuk kuliah di PTN, malahan selalu nekan saya untuk kerja karena kebanyakan teman-teman saya kerja. Ortu saya juga pernah nawarin untuk kuliah di PTS saja setelah saya gagal di SBMPTN pertama itu. Cuma, saya anaknya pengen coba lagi karena baru sekali gagal. Jadi ortu kayak yaudah gimana saya, yang penting saya serius gak main-main.

Kenapa perjuangin PTN?

Banyak sih alasannya, salah satunya karena biaya. Ya, masalah ekonomi di keluarga memang cukup sering dialami oleh semua orang. Jika di PTN, otomatis ada keringanan dimana kita hanya bayar SKS saja itupun jika kita lulus seleksi masuk PTN. Beda dengan PTS yang banyak mengeluarkan biaya lainnya. Intinya, ingin meringankan beban ortu. Tapi sekarang kalo dipikir-pikir tetap saja walaupun keterima di PTN, tidak menutup kemungkinan masalah terkait kendala ekonomi masih akan dirasakan karena pastinya akan jadi anak rantau.

Kenapa tidak lewat jalur mandiri?

Karena jika lewat jalur mandiri, biayanya gak kuat (it's very expensive for me). Mungkin di beberapa universitas ternama ada yang tidak begitu memberatkan utuk jalur mandiri, tetapi seleksinya mungkin sangat ketat.

Apa kerugian dalam mengambil gap year?

Menurut saya sendiri yaitu usia semakin bertambah pastinya, semangat belajar mulai down, banyak beban dan tuntutan, sering insecure, percaya diri menurun, kalo kuliah berasa paling tua di kelas, dsb.

Tapi, itu semua tergantung orangnya ya. Kalau kamu anak dari keluarga yang sangat berkecukupan, orangtua kamu berpendidikan tinggi dan mengerti tentang pentingnya pendidikan, mungkin kamu gak akan merasakan hal-hal diatas.

Apa kelebihan dalam mengambil gap year?

Pastinya kita bisa istirahat dari beban-beban pelajaran, bisa lebih mengenal diri sendiri, membuat planning kedepan, bisa cari pengalaman melalu aktivitas yang bisa kita kerjakan, bisa ngembangin hobi, bisa ikut-ikut kegiatan volunteer atau event-event (bagi yang mau dan mampu), bisa ikut kursus, terus kalo kuliah kadang terasa lebih di hormati sama teman-teman, dsb.

Jadi, mending gap year atau nggak?

Tergantung. Jika kamu anaknya ambis, gak terlalu di tekan sama ortu harus ini itu, punya kepercayaan diri, bener-bener serius mau belajar, dan pengen banget masuk PTN, kamu bisa ambil gap year setahun untuk nyiapin diri menghadapi SBMPTN tahun berikutnya. Atau kamu juga bisa masuk PTS, tetapi sambil belajar SBMPTN jika kamu memang tidak terkendala soal ekonomi.

Jika kamu seperti saya, mending gak usah gap year. Kamu bisa masuk PTS saja.

Sekian cerita singkat ini. Kamu punya pengalaman yang sama juga? Boleh share pengalamanmu di komentar ya!!
Wassalamu'alaikum.

You May Also Like

0 comments

Hai, Thanks sudah mampir ke blog saya. Jika ada pertanyaan silahkan berkomentar ya;-)